• Sunday, July 20, 2008

    Kakanda dan Adinda

    Mengunjungi suatu tempat dimana kita dapat memuaskan lidah dan perut tepat satu hari setelah menerima hasil kerja kita selama sebulan adalah jaminan bahwa kita akan merasa sesuatu yang luar biasa.

    Berteman cahaya mentari yang sangat menyengat siang itu Kakanda bersama Adinda mengunjungi arena jajanan musiman di Senayan. Sudah tentu yang di idam idamkan adalah makanan makanan nikmat, murah, dan mengenyangkan. Maka saat itu, diantara hangatnya cinta yang memberi sukacita hadir rasa pula rasa lapar yang entah bagaimana hadir kembali setelah hanya dalam satu jam puas menikmati sarapan pagi yang besar.

    Beberapa langkah melewati gerbang masuk arena itu, sebuah kamera tv terlihat menyorot ke arah Kakanda dan Adinda. Kakanda dan Adinda berusaha sabar dan tenang menghadapi gangguan itu. Mereka yang sedari tadi bergandeng tangan secara cepat saling melepaskan genggaman. Kamera tersebut tidak puas, seiring kemana langkah Kakanda dan Adinda mengayun kearah sana pula dia mengarahkan lensanya. Siang yang terik semakin menyengat dirasa oleh Kakanda dan Adinda.

    Berkelit diantara ribuan manusia yang memadati tempat tersebut Kakanda dan Adinda dapat mengecoh moncong tajam kamera tadi. Segera setelah terbebas, Kakanda dan Adinda menikmati masing masing seporsi lo mie khas bandung yang memang sudah begitu dirindukan rasanya.

    Duduk berdua dibawah rindangnya pohon menikmati makanan pedas kesukaan, ditemani hembusan sepoi angin lalu sebotol air mineral dingin yang direguk tentu menjadi moment indah yang melekat dihati.

    ***

    Dari arah jam dua lewat tiga puluh dua terlihat moncong kamera foto mengintai.
    Cepret, satu gambar terekam sudah. Saat senyum manis Adinda terkembang.

    Dari arah jam sembilan lewat tiga menit empat belas detik terdengar desing sebuah kamera melepas pelurunya.
    Cepret, satu gambar Kakanda membasuh sisa air di tepi bibir Adinda sudah diabadikan.

    Ternyata bukan hanya dua kamera yang mengintai Kakanda dan Adinda, setidaknya ada tujuh buah yang siap memangsa moment moment indah mereka berdua.

    Kakanda dan Adinda tidak menyadarinya, karena mereka larut dalam gelora cinta yang meluap. Gelora yang tidak pernah padam meski sudah lama mereka membina tali kasih.
    Kakanda enam puluh tiga tahun, Adinda enam puluh tahun.

    Mereka berjanji untuk setia sampai maut menjadi jurang diantara mereka. Meski getir hidup yang mereka jalani.

    Biasanya, mereka lelah mengais sisa sisa makanan dipinggir jalan dan bak bak sampah.

    No comments:

    Fashion

    Beauty

    Travel